
Info Segmen Podcast Harian – Fenomena “brain rot” atau kemunduran kognitif akibat konsumsi konten berlebihan dan kurangnya stimulasi intelektual kini semakin mengkhawatirkan. Terutama di kalangan siswa, kondisi ini bisa menyebabkan penurunan semangat belajar, konsentrasi yang buruk, dan performa akademik yang menurun. Stop Brain Rot dengan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Pakar dari Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkap berbagai penyebab serta solusi ampuh untuk mengatasi masalah ini.
Apa Itu Brain Rot dan Mengapa Siswa Rentan Mengalaminya?

Istilah “brain rot” mengacu pada kondisi di mana seseorang mengalami penurunan fungsi kognitif akibat paparan konten yang tidak bermanfaat dalam jangka waktu panjang. Stop Brain Rot dengan menyadari pentingnya memilih konten yang berkualitas. Beberapa faktor penyebab brain rot pada siswa antara lain:
- Paparan Berlebihan terhadap Media Sosial
- Siswa menghabiskan terlalu banyak waktu di media sosial, yang sering kali menyajikan konten singkat, dangkal, dan tidak merangsang pemikiran kritis. Stop Brain Rot – penting untuk mengurangi kebiasaan ini dan beralih ke aktivitas yang lebih mendalam dan bermakna.
- Minimnya Stimulasi Kognitif
- Kurangnya aktivitas yang melatih otak, seperti membaca buku atau berdiskusi, membuat kemampuan berpikir menurun. Stop Brain Rot dengan mulai membiasakan diri melakukan kegiatan yang merangsang pikiran dan menjaga kesehatan mental.
- Ketergantungan pada Hiburan Instan
- Game, video pendek, dan aplikasi hiburan membuat siswa lebih memilih kesenangan instan daripada belajar yang membutuhkan usaha lebih. Stop Brain Rot – penting untuk mengalokasikan waktu dengan bijak agar tidak terjebak dalam kebiasaan yang merusak fokus dan produktivitas.
- Kurangnya Pola Tidur yang Sehat
- Begadang dan kurang tidur akibat kecanduan gadget mengurangi fokus dan daya ingat siswa. Stop Brain Rot dengan membatasi penggunaan gadget dan prioritaskan tidur yang cukup untuk menjaga kesehatan mental dan kinerja otak.
Dampak Brain Rot terhadap Semangat Belajar
Jika dibiarkan, brain rot dapat menyebabkan dampak serius pada pendidikan siswa, seperti: Stop Brain Rot dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental dan kualitas informasi yang dikonsumsi.
- Penurunan Motivasi Belajar: Siswa menjadi malas dan enggan menghadapi tantangan akademik.
- Kesulitan dalam Fokus dan Konsentrasi: Sulit memahami materi pelajaran dan mudah terganggu.
- Menurunnya Prestasi Akademik: Nilai ujian menurun akibat kurangnya pemahaman materi.
- Kurangnya Kemampuan Berpikir Kritis: Kesulitan dalam menganalisis dan menyelesaikan masalah.
Solusi Mengatasi Stop Brain Rot

Brain Rot adalah istilah informal yang merujuk pada perasaan mental yang lelah, tidak fokus, atau tidak produktif akibat terlalu banyak terpapar konten yang tidak bermutu, stres, atau kebiasaan tidak sehat. Berikut adalah beberapa solusi untuk mengatasi stop brain rot dan meningkatkan kesehatan mental serta produktivitas:
1. Batasi Paparan Konten Negatif atau Tidak Bermutu
- Kurangi waktu menonton konten yang tidak bermanfaat, seperti media sosial berlebihan, video pendek yang tidak mendidik, atau berita negatif.
- Pilih konten yang inspiratif, edukatif, atau menghibur secara sehat.
2. Lakukan Detoks Digital
- Tetapkan waktu bebas gadget setiap hari, misalnya 1-2 jam sebelum tidur.
- Matikan notifikasi yang tidak penting untuk mengurangi distraksi.
3. Tingkatkan Aktivitas Fisik
- Olahraga teratur, seperti jalan kaki, yoga, atau berlari, dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan mengurangi stres.
- Aktivitas fisik juga membantu melepaskan endorfin yang meningkatkan mood.
4. Perbaiki Pola Tidur
- Pastikan tidur cukup (7-8 jam per hari) untuk memulihkan fungsi otak.
- Hindari penggunaan gadget sebelum tidur agar kualitas tidur lebih baik.
5. Asah Otak dengan Aktivitas Stimulatif
- Baca buku, pelajari hal baru, atau mainkan permainan yang melatih otak seperti puzzle, catur, atau teka-teki.
- Cobalah kegiatan kreatif seperti menulis, menggambar, atau bermusik.
6. Kelola Stres dengan Baik
- Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau mindfulness.
- Luangkan waktu untuk diri sendiri dan lakukan hobi yang menyenangkan.
7. Jaga Pola Makan Sehat
- Konsumsi makanan bergizi yang mendukung fungsi otak, seperti ikan, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran.
- Hindari makanan olahan berlebihan dan minuman tinggi gula.
8. Tetapkan Tujuan dan Prioritas
- Buat daftar tugas harian atau mingguan untuk menjaga fokus dan menghindari kebingungan.
- Pecah tujuan besar menjadi langkah-langkah kecil yang lebih mudah dicapai.
9. Interaksi Sosial yang Bermakna
- Luangkan waktu untuk berbicara dengan teman atau keluarga yang mendukung.
- Hindari interaksi yang toxic atau membuat stres.
10. Cari Bantuan Profesional jika Diperlukan
- Jika merasa “brain rot” sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.
Konsumsi Medsos Bikin Belajar Terasa Membosankan

Ibu Mia mengungkapkan bahwa anak-anak yang terbiasa dengan informasi instan cenderung lebih memilih aktivitas yang memberikan kepuasan cepat ketimbang proses belajar yang memerlukan ketekunan. Stop Brain Rot. Akibatnya, motivasi intrinsik mereka untuk belajar menurun, karena merasa kesulitan mengikuti proses pembelajaran yang lebih panjang dan mendalam.
Dia juga menyoroti bahwa kelelahan mental akibat overstimulasi digital membuat siswa kurang termotivasi untuk terlibat dalam pembelajaran. “Ketika otak terus-menerus dibombardir dengan rangsangan dari media sosial atau konten hiburan, aktivitas belajar yang lebih statis menjadi terasa membosankan dan kurang menarik. Stop Brain Rot,” tuturnya, seperti yang dilansir dari laman IPB University.
Kondisi ini semakin diperburuk oleh kurangnya kemampuan reflektif. Siswa jadi sulit memahami tujuan jangka panjang dari belajar dan lebih terfokus pada kepuasan sesaat. Stop Brain Rot! Menurut Mia, jika masalah ini tidak ditangani, bisa berakibat pada rendahnya keterlibatan dalam proses belajar, kesulitan memahami materi, penurunan prestasi, serta peningkatan stres dan kecemasan terkait tugas akademik.
Bagaimana Cara Mengatasi Brain Rot?
Mia mengusulkan agar metode pembelajaran dibuat lebih menarik dan melibatkan siswa secara aktif untuk mengatasi masalah brain rot yang mempengaruhi fokus dan daya tahan berpikir mereka. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek. Dalam pendekatan ini, siswa diajak untuk menyelesaikan masalah nyata dan mencari solusi secara mandiri. “Dengan cara ini, mereka tidak hanya menerima informasi, tetapi juga belajar berpikir kritis, menghubungkan ide, dan memahami materi dengan lebih mendalam,” ungkap Mia.
Dia juga menambahkan bahwa diskusi terbuka dan refleksi dapat membantu siswa terbiasa memilah dan menganalisis informasi, sehingga mereka tidak mudah terpengaruh oleh informasi yang beredar di internet. Untuk membuat proses belajar lebih menyenangkan, metode gamifikasi bisa diterapkan, di mana elemen permainan digunakan untuk meningkatkan motivasi siswa. Misalnya, dengan memberikan tantangan, sistem poin, atau penghargaan, siswa dapat termotivasi tanpa harus bergantung pada kesenangan instan dari media sosial.
Selain itu, Mia KONOHATOTO78 menyarankan latihan fokus seperti teknik mindfulness dan manajemen waktu untuk membantu siswa mengatasi distraksi dan meningkatkan konsentrasi. Mindfulness, menurutnya, melatih siswa untuk lebih sadar akan apa yang mereka lakukan, seperti fokus pada satu tugas dalam satu waktu dan mengambil jeda untuk bernapas sebelum beralih ke tugas lain. Dia juga merekomendasikan teknik pomodoro, di mana siswa belajar selama 25 menit dan kemudian istirahat selama 5 menit, yang bisa dilakukan dalam beberapa sesi sesuai kebutuhan. Manajemen waktu juga penting untuk membantu siswa mengatur jadwal belajar yang efektif, termasuk menentukan prioritas tugas dan membatasi penggunaan media sosial saat belajar.
Kesimpulan
Fenomena brain rot adalah ancaman nyata bagi semangat belajar siswa, terutama di era digital ini. Namun, dengan menerapkan strategi yang tepat seperti membatasi penggunaan gadget, membaca buku, meningkatkan interaksi sosial, menjaga pola tidur, serta menjalani gaya hidup sehat, siswa dapat mengatasi masalah ini dan mengembalikan semangat belajar mereka. Dengan bimbingan yang tepat dari orang tua dan guru, generasi muda dapat kembali meraih prestasi akademik yang optimal.
Dengan menerapkan solusi ini, diharapkan siswa dapat kembali termotivasi dalam belajar dan mencapai prestasi terbaik mereka!