
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Namun, dalam situasi tertentu, emosi bisa tak terkendali dan menyebabkan orang tua membentak anak. Meski tampak sepele, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Dalam artikel Info Segmen Podcast Harian ini, kita akan membahas mengapa membentak anak berbahaya dan bagaimana cara menghindarinya untuk menjaga kesehatan mental anak.
Dampak Membentak Anak terhadap Kesehatan Mental Anak

1. Menurunkan Rasa Percaya Diri
Anak yang sering dibentak akan merasa tidak berharga dan mengalami kesulitan dalam membangun citra diri yang positif. Mereka cenderung merasa tidak cukup baik, mengalami ketakutan untuk mencoba hal baru, serta sulit mengembangkan keberanian dalam mengambil keputusan. Seiring waktu, hal ini dapat menghambat perkembangan emosional dan sosial mereka, yang berdampak pada kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal yang sehat di masa depan. Semua ini berkontribusi terhadap menurunnya kesehatan mental anak.
2. Memicu Stres dan Kecemasan
Membentak anak bisa menyebabkan stres yang berlebihan, yang berujung pada peningkatan hormon kortisol dalam tubuh mereka. Anak yang sering mengalami ini akan tumbuh dengan rasa cemas yang tinggi, bahkan dalam situasi normal, karena sistem saraf mereka menjadi lebih sensitif terhadap tekanan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan kesulitan dalam menghadapi tantangan di kemudian hari. Dalam jangka panjang, anak mungkin mengembangkan gangguan kecemasan atau depresi yang memengaruhi kesehatan mental anak secara keseluruhan.
3. Gangguan Perkembangan Emosional
Anak-anak yang sering dibentak kesulitan mengontrol emosinya, karena mereka merasa tidak memiliki ruang aman untuk mengekspresikan perasaan mereka. Hal ini dapat menyebabkan mereka tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah, frustrasi, atau bahkan menarik diri secara emosional. Mereka juga bisa mengembangkan mekanisme pertahanan seperti menekan emosi atau menjadi terlalu penurut agar tidak memancing kemarahan orang tua. Dalam jangka panjang, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan mengelola emosinya sendiri, yang dapat memengaruhi hubungan interpersonal serta kesehatan mental anak.
4. Menjadi Lebih Agresif
Jika anak sering menerima bentakan, mereka bisa meniru perilaku tersebut dan menjadi lebih agresif terhadap teman sebaya atau saudara mereka. Mereka mungkin menganggap bahwa cara untuk menyelesaikan konflik adalah dengan berteriak atau menggunakan kata-kata kasar. Selain itu, anak-anak ini cenderung menunjukkan perilaku kasar secara fisik atau verbal sebagai respons terhadap situasi yang membuat mereka frustasi. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan mereka kesulitan dalam beradaptasi secara sosial dan mengalami gangguan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain, yang berpotensi merusak kesehatan mental anak.
5. Hubungan Orang Tua dan Anak Menjadi Renggang
Ketika anak sering menerima bentakan, mereka cenderung menjauh dari orang tuanya karena merasa tidak aman dalam lingkungan keluarga. Mereka mungkin merasa tidak dihargai atau takut untuk mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka. Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan antara anak dan orang tua, serta menghambat perkembangan keterampilan komunikasi anak. Selain itu, anak yang sering dibentak cenderung mencari dukungan emosional dari luar keluarga, yang berisiko mengarah pada pengaruh lingkungan yang kurang baik. Oleh karena itu, membangun komunikasi yang lebih lembut dan penuh kasih sayang sangat penting untuk menjaga kedekatan dan kesehatan mental anak.
Cara Menghindari Kebiasaan Membentak Anak

1. Mengontrol Emosi
Cobalah untuk menarik napas dalam beberapa kali sebelum bereaksi terhadap perilaku anak. Teknik ini membantu menurunkan detak jantung, mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, dan memberikan waktu bagi otak untuk berpikir lebih jernih sebelum mengambil keputusan. Dengan begitu, Anda bisa merespons situasi dengan lebih tenang, menghindari reaksi impulsif, serta menciptakan komunikasi yang lebih efektif dengan anak, sekaligus menjaga kesehatan mental anak.
2. Gunakan Pendekatan Positif
Alih-alih membentak, gunakan kata-kata yang lebih positif dan membangun. Misalnya, daripada mengatakan “Jangan berantakan!”, cobalah “Ayo kita bereskan bersama-sama.” Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk bekerja sama tanpa merasa terpaksa. Menggunakan bahasa yang suportif juga membantu mereka memahami bahwa kebersihan dan keteraturan adalah hal yang penting tanpa menimbulkan ketakutan atau tekanan psikologis, serta mendukung kesehatan mental anak.
3. Pahami Penyebab Perilaku Anak
Anak-anak tidak selalu bertindak buruk tanpa alasan. Perilaku mereka bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kelelahan, rasa lapar, ketidakmampuan mengungkapkan emosi dengan baik, atau bahkan tekanan lingkungan. Cobalah memahami akar penyebab dari setiap tindakan mereka dengan bertanya secara lembut, mendengarkan tanpa menghakimi, dan memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan emosional mereka. Dengan begitu, orang tua dapat mengajarkan anak cara yang lebih sehat untuk mengekspresikan perasaannya serta membangun hubungan yang lebih harmonis, sehingga menjaga kesehatan mental anak.
4. Luangkan Waktu untuk Anak

Anak yang mendapatkan perhatian yang cukup dari orang tuanya lebih jarang berperilaku buruk. Luangkan waktu berkualitas bersama mereka dengan cara yang bermanfaat, seperti berbicara dari hati ke hati, bermain bersama, atau mengajarkan keterampilan baru. Dengan adanya keterlibatan emosional yang mendalam, anak akan merasa lebih dihargai, lebih termotivasi untuk bertindak positif, dan memiliki keseimbangan emosional yang lebih baik dalam menghadapi tantangan sehari-hari, yang sangat penting bagi kesehatan mental anak.
Kesimpulan
Membentak anak bukanlah solusi yang baik dalam mendidik mereka. Sebaliknya, hal ini justru berdampak buruk pada kesehatan mental anak. Dengan menerapkan Link KONOHATOTO78 pola asuh yang lebih positif, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara emosional dan mental. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi perkembangan anak dan menjaga kesehatan mental anak!